Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2012

Tips and Tricks Travelling by Seishun 18 Kippu (based on true story)

Gambar
Jadi orang asing di Jepang yang ga tau apa-apa (terutama bahasa) itu memang agak menyedihkan. Boro-boro baca kanji, hiragana-katakana saja masih patah-patah. Tapi dengan nekatnya saya dan partner in crime saya, Vita , selalu punya tips and tricks agar tetap bisa travelling di Jepang tapi ga nyasar-nyasar! Mau tau gimana bisa kita jalan-jalan pake kereta, berganti dari satu stasiun ke stasiun lain? Here we go.. Wajah dan Body Language Dengan wujud yang berbeda dari orang-orang Jepang pada umumnya, kehardiran kita saja biasanya sudah mengundang perhatian. Minimal, beberapa menoleh atau yang lebih vulgar akan melihat dari atas sampai bawah. Hal ini dapat kita jadikan tonggak awal tips pertama. Begitu mereka menoleh, langsung pasang wajah paling bloon yang kita punya. Alis berkerut, kepala celingak-celinguk, berkali-kali melihat jadwal yang kita bawa dan papan pengumuman di stasiun, sambil berjalan bolak-balik. Dijamin tidak lebih dari 10 menit, seseorang akan datang dan bertanya ap

Kepentingan Umum dan Kepentingan Pribadi

Gambar
"Kepentingan Umum harus ditempatkan di atas kepentingan pribadi maupun golongan." Pernah ngerasa denger kalimat sakti ini? Kenapa saya sebut kalimat sakti? Soalnya kalimat ini berkali-kali muncul di pelajaran PPKn semasa SD dulu. Saya ga tau sih apa semua buku PPKn di SD Indonesia menuliskan kalimat ini. Tapi intinya, sejak kecil, saya dan (minimal) anak-anak SD saya dicecoki kalimat ini. Dan seperti yang sudah kita tahu semua, SD adalah tingkat pendidikan basis dimana otak kita masih pure, belum punya keyakinan prinsipil atas hal-hal tertentu. Akibatnya (meskipun ga selalu berhubung ga ada teori komunikasi yang mutlak buat membuktikannya), kita (oke lagi-lagi minimal saya) percaya kalau kepentingan umum memang harus ditempatkan di atas kepentingan pribadi atau golongan. Selama belasan tahun, saya ga pernah ragu akan konsep itu. Beberapa kali soal ulangan selalu ngebahas tentang misalnya kita harus ngerelain tanah kita dibuat jadi jalan umum kalo memang diperluin. Kalau

Survival Weekend

"The hardest part of leaving Japan is waving hands to those sincere faces and wondering when you will meet them again" Grrr.. Kadang saya sebel punya jiwa metal alias melow total. Dikit-dikit galau, dikit-dikit melankolis, dikit-dikit nangis. Belum lagi saya ngerasa semua barang terlalu berharga untuk dibuang. Saya sih membela diri dengan bilang that I value memory. Tapi tapi.. Jumat dan sabtu (17-18 February) ini semua mahasiswa WJC mengikuti program yang namanya Survival Weekend di Kitaseto Elementary School, Sasaguri. Jangan terkecoh oleh namanya. Kita ga akan dilatih kayak tentara dan tidur di barak militer. Survival weekend ini maksudnya selama 2 hari kita harus terus menggunakan bahasa jepang, baik untuk berkomunikasi sesama anak WJC, sama anak2 SD yang gak ujudbillah aktifnya, ataupun host family. The best part of survival weekend menurut saya adalah bermalam di tempat host family. Kali ini saya ditampung oleh Fujiki Family, host fam ke 4 saya selama di Jepang.

Haruki Murakami : After The Quake (Pugh Sensei assignment)

Gambar
Sebelumnya, biarlah saya mengaku dosa. Konon deadline tugas ini adalah hari ini sebelum jam 12 siang. Apa daya, saya cuma tahu kalod deadlinenya hari ini, tanpa embel-embel batas waktu. Dengan langkah gagah perkasa saya menyambangi kantor beliau dan melihat kotak kuning yang konon tempat ngumpulin tugasnya. Anehnya (sekitar jam 2 siang), kotak kuning itu kosong melompong. Berfikir positif, saya ga curiga sama sekali. Mungkin Pugh Sensei ngambil tugasnya biar tu kotak ga keberatan dan tugas anak orang ga ilang. Sante kayak di pante, saya balik ke dorm buat makan siang sore. Lagi asik-asiknya ngunyah tahu (udah murah, sehat bergizi pula), hape saya bergetar hebat (lagi silent mode, makanya getarannya kenceng bener). Email dari mak bita. Isinya bikin geger. "Kata mona, deadline tugas pugh sensei hari ini jam 12 mak. saya ga tau" Untung tak dapat diraih, malang tak dapat diduga. Sekarang saya cuma bisa berharap Pugh Sensei berbaik hati mengampuni kesalahan kami dan mau menil

Indonesia

Gambar
Btw, minggu depan ada program survival weekend. Intinya sih kita bakal diceburin ke SD Jepang buat ngelatih Bahasa Tarzan Jepang kita (ye eyalaaah, masa Bahasa Nigeria?). Nah,, nantinya nih, seperti biasa bakal ada presentasi dari masing-masing negara. Pas cari-cari bahan buat presentasi tentang Negara Kepulauan Republik Indonesia kita tercinta, saya nemu gambar ini di gugel. tentang macam-macam orang di negara kite. Sayang, lupa URLnya apa. Maaf. Yang jelas saya dapet di gugel dengan keyword random `Indonesian kids cartoon`. :p

People You Met

Kadang kalo lagi galau ga ada kerjaan, saya suka mikir random. Saking randomnya, saya suka ga ngerti kenapa saya bisa mikir hal kayak gitu. Kayak baru-baru ini. Ke-melankolis-an saya kembali teruji. Tiba-tiba saya mikir tentang "those people we met". 21 taun hidup di dunia, udah berapa banyak orang yang saya temui? those people I met when I was walking on the street those people I met when I paid my bill in supermarket the bus driver the man who just bought a meal from conbini yes, those people we met and among those people we met, some of them we'll never meet again some of them we'll meet again many of them we don't even remember many of them we don't even notice but everyone, those people we met, is just like us. they live, they breath they have family and history they have dreams and future those people we met, is growing old together with us in the different part of the world hey, isn't it amazing? life is not just about us wo