Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2011

Mangga Marmos

Gambar
Tadi, waktu jalan-jalan menghabiskan uang di salah satu toko deket kampus, tersebutlah sebuah benda yang bikin saya kaget bukan kepalang. Benda itu tiada lain tiada bukan adalah : YAK! MANGGA saudara-saudara! Mangga sebiji dengan ukuran sebesar mangga arum manis, dijual dengan harga 1200 YEN. Yak! 120.000 rupiah saudara-saudara! JEDOFRRR! Bagaikan disambar petir, isnting kere saya mulai mengkalkulasi. Dengan uang segitu, bisa beli 40 baju bekas di Kaizuka. Dengan uang segitu, bisa makan sushi ama es krim ampe megap-megap. Dengan uang segitu, bisa naik kereta ke Dazaifu 3 kali. Dengan uang segitu, bisa buat makan 5 hari di jogja! Hahaa, edan. Itu dia kenapa bu guru Bahasa Jepang ngira kami orang Indonesia kaya raya waktu kami bilang punya pohon mangga di halaman rumah. Belum tau rupanya. Well, semoga ada yang mau membelimu mangga...

Marmos itu Bongs

Gambar
#Marmos itu.. ketika kamu lagi ngerjain PR yang susahnya bikin otak cenat-cenut dan tiba-tiba mewek gara-gara seorang sahabat nulis note tentang dirimu! #Kangen itu.. ketika kamu tiba-tiba pengen banget pulang dari tempat yang selama ini kamu impikan. Ini salah satu kejadian paling ga elite dalam hidup saya. Nangis siang-siang bolong gara-gara ucapan kangen dari temen cewek. #Ga elite 1: Galau dan nangis itu harusnya malem-malem, pas ujan, sambil dengerin lagu sedih. #Ga elite 2: Nangis gara2 cewek. Saya mulai khawatir dengan kesehatan mental saya. #Ga elite 3: Cewek yang bikin nangis ini adalah salah satu personil BONGS, peer group dengan kondisi keuangan, otak, dan percintaan paling memilukan di Jogjakarta. (Informasi lebih lengkap tentang bongs, sejarah terbentuknya, visi dan misi dapat disaksikan di notes oknum Bongs lainnya). Tapi apa mau dikata, kepompong sudah berubah jadi kupu-kupu. Note marmos itu membuka mata saya, bahwa di balik semua kesengsaraan yang pernah kita alam

Semua tentang Uang!

Gambar
Its all about the money, its all about the dum dum duh dee dum dum. I don't think its funny (Meja – It’s all about the money) Siapa yang tidak setuju dengan penggalan lirik di atas? Berdasarkan terjemahan bebas (baca: terjemahan yang dikarang sendiri semaunya oleh penulis), lirik di atas berarti semua tentang uang dan tidak punya uang itu tidak lucu sama sekali. Ini adalah jeritan hati penulis yang berkesempatan terlahir sebagai salah seorang penduduk negara dunia ketiga dengan pendapatan keluarga yang biasa saja dan sekarang, dengan rahmat Tuhan yang luar biasa, sedang mengecap kehidupan di negara dunia pertama. Gara-gara uang, banyak pertanyaan dalam percakapan sehari-hari yang penulis harus akhiri dengan muka mesem senyum-senyum wagu dan kata-kata : “enggak, mahal soalnya..” Simak beberapa contoh pertanyaan tersebut, yang tentunya sudah diterjemahkan (lagi-lagi secara bebas oleh penulis) : Percakapan 1: A : Sebelumnya, kamu sudah pernah ke Jepang? B : Hehe, be

Kemelaratan Sosial

Dalam KBBI : Melarat :: me.la.rat panjang, pba 1 selalu dl kesengsaraan ke.me.la.rat.ana 1 hal melarat; kemiskinan; kesengsaraan Sosial : : so.si.al cak 1a berkenaan dng masyarakat: perlu adanya komunikasi Hal apa yang paling saya sesali setelah kedatangan saya ke negeri sakura ini? Yup, ketidakmampuan saya berbahasa Jepang. My Japanese ability was zero, with big O. Baru setelah mau berangkat saja saya mengerti kalau ada tiga jenis alphabet dalam bahasa Jepang. Cuma itu. Awalnya saya berfikir dan mensugesti diri sendiri bukan masalah besar saya datang ke Jepang tanpa modal bahasa setempat. Toh, masih bisa Bahasa Inggris, walaupun juga ga lancar-lancar banget. Dan kebetulan saya berangkat bersama 3 teman Indonesia yang salah satunya anak Sastra Jepang. Juga yang terpenting, I’m WILLING to learn. Maka tenanglah saya. Tapi nyatanya ketenangan ini tidak berlangsung lama. Setelah sampai di Jepang, saya sadar saya melakukan kesalahan fatal. Dan kesalahan ini yang menyebabkan hal ya

They Are Not What They Wear

Gambar
Written, Monday April 11th 2011 (Nadeshiko B25c) This is only writing at the first sight. I don’t really know life in Japan. It’s just three or four days after my arrival, but it has given me several perspectives about the people and culture. First, let’s talk about Japanese fashion style and the young girls. I mean, from the four days-just arrived-and didn’t know anything about Japan-girl. If you have ever heard a phrase said “you are what you eat” or then become “you are what you bla bla bla”, in Japan it then becomes “You are NOT what you wear”. Japan is a very unique country. Despite of their modern technology (my roommate told me almost every technologies we use in our dorm. Ignore my don’t-know-anything face, but everything here is very modern and all written in Japanese so please don’t blame me if I look very far behind :p), they are very stick to their tradition. They greet every people they see, I mean of course not everyone because people’s going to think you are insa

just another shitty notes

First of all, let me introduce you to one of notes from one of the most melancholic person in one of her most melancholic moment. Well, If I could just say it, If I could just echo it out loud, If I could just moan on it, it would be so much better than it feels now. Sh*t, I have been trying to hide everything, I have been wishing to burry all those shitty things, I have always been trying to not to think about it. And how could that be so hard? How could If I remember, even just one glimpse, it grab all the happiness away? All I want to say is just I hate you. I do really hate you. if I just could express it, If you just could know it, it would be a lot better for me. But I cant tell you, you know. Because deep inside, I always try to love you. To pretend and think that you are just normal. That we are normal. It's been years in my whole life and I am still not getting used to it. You know why, because everytime I try, that time you just breake it up. And it hurts. It's su

Surat Untuk-Nya

Kalau dipikir-pikir, hubungan kita aneh juga ya? Aku tidak pernah melihatmu barang sekalipun. Tapi herannya aku percaya saja padamu. Aku juga pasti kena cibiran kalau tidak setia. Kalau diibaratkan dengan kisah cinta klasik Indonesia, Kita mungkin hampir seperti Datuk Maringgih dan Siti Nurbaya ya? Sudah dijodohkan. Aku tidak pernah memilihmu, tapi tiba-tiba saja aku sudah jadi milikmu. Hidup bersamamu dengan caramu pula. Kalau dipikir lagi, nasib Siti Nurbaya mungkin masih lebih beruntung. Dia pernah melihat si Datuk. Umurnya ketika dijodohkan pun sudah dapat dikatakan cukup. Tapi aku? Aku benar-benar tidak tahu apa-apa. Tiba-tiba sudah begini. Aku dijodohkan sejak aku masih kecil. Bahkan sejak aku masih dalam kandungan, sehingga aku tidak pernah punya pilihan atau kesempatan untuk menolak. Jadi jangan salahkan aku kalau aku pernah bimbang. Kalau aku sesekali melirik yang lain. Dan kalau kadangkala aku ingin berpaling. Tapi anehnya kamu selalu sabar. Menuntun dan membimbingk