Kepentingan Umum dan Kepentingan Pribadi

"Kepentingan Umum harus ditempatkan di atas kepentingan pribadi maupun golongan."

Pernah ngerasa denger kalimat sakti ini? Kenapa saya sebut kalimat sakti? Soalnya kalimat ini berkali-kali muncul di pelajaran PPKn semasa SD dulu. Saya ga tau sih apa semua buku PPKn di SD Indonesia menuliskan kalimat ini. Tapi intinya, sejak kecil, saya dan (minimal) anak-anak SD saya dicecoki kalimat ini. Dan seperti yang sudah kita tahu semua, SD adalah tingkat pendidikan basis dimana otak kita masih pure, belum punya keyakinan prinsipil atas hal-hal tertentu. Akibatnya (meskipun ga selalu berhubung ga ada teori komunikasi yang mutlak buat membuktikannya), kita (oke lagi-lagi minimal saya) percaya kalau kepentingan umum memang harus ditempatkan di atas kepentingan pribadi atau golongan.


Selama belasan tahun, saya ga pernah ragu akan konsep itu. Beberapa kali soal ulangan selalu ngebahas tentang misalnya kita harus ngerelain tanah kita dibuat jadi jalan umum kalo memang diperluin. Kalau kita ga boleh memaksakan kepentingan diri sendiri. Bahwa kepentingan orang banyak harus diutamakan. Saya setuju. Kalo ga gitu, sama aja kita hidup di hutan dong. Individu yang kuat yang menang dan yang lemah bakal selalu ada di bawah.

Tapi beberapa minggu lalu saya bercakap-cakap sama dokter gigi Indonesia yang udah 37 tahun praktek di Jepang. Ibaratnya, doi udah makan asem garem terasi cabe cuka di sini lah. Doi nyeletuk "Kalo di sini, ga ada tuh yang namanya kepentingan umum di atas kepentingan pribadi. Hak individu yang paling dihargai disini."

Si bapak pun nyontohin kasus yang terkenal banget. Penduduk yang ga rumahnya dijadiin landasan di Bandara Narita. Meskipun pembuatan bandara jelas-jelas kepentingan umum, tapi negara ga bisa berbuat apa-apa. Akhirnya, sampe sekarang masih ada rumah nyempil di sana. Saya ga terlalu tau juga sih soal seberapa jauh jalan yang ditempuh pemerintah sini dan si empunya rumah. Tapi si bapak kayaknya mau bilang kalo negara ga bisa berbuat apa-apa, sekalipun atas nama kepentingan umum. Cuma bandingin dikit, kalo di Indo, si empunya rumah mungkin uda digusur ama satpol PP.

Contoh lain yang dikasi misalnya Jepang yang kekurangan dokter kandungan atau penyakit dalam dan dokter penempatan di pedesaan gara-gara pemerintah ga bisa berbuat apa-apa. Atau kasus lain misalnya penduduk sini ga punya KTP dan ga mau disensus karena dianggap melanggar hak pribadi.

Tiga contoh tadi bikin saya mikir. Bukan, bukan karna saya setuju lo dengan apa yang terjadi di sini. Saya tetep yakin kalo kadang individu emang harus mengalah demi kepentingan bersama. Cuma, yang mengulik pikiran saya,

sebenernya apa dan sejauh mana sih kepentingan umum itu?


Gimana kalo selama ini kepentingan umum yang mashyur itu cuma kepentingan golongan yang diumum-umumkan atau menjadi umum karna golongan tertentu punya kuasa tertentu. Who knows? :p

Komentar

Postingan populer dari blog ini

A Journey to be a Star (Danone Management Trainee Recruitment Phase)

My Chevening Journey

Indonesia di Mata Mereka