Postingan

Menampilkan postingan dari 2012

One Day Trip to Kumamoto and Aso (Series of Summer Vacation)

Gambar
Seharusnya sudah nulis tentang cerita perjalanan ini dari kapan taun. Usut punya usut ternyata semua perjalanan yang saya lakukan selama setaun kemarin belum ada dokumentasi tertulisnya. Paling banter, one day trip momiji hunting ke saga dan ulasan tentang tiket kereta 18kippu yang fenomenal itu. Sisanya? Nihil. Sebelum saya keburu lupa dan males nulis, biarkanlah saya mendaftar dulu satu persatu hutang tulisan saya itu. Pertama: One day trip to Aso dan Kumamoto Kedua: Osaka dan one day trip in Kyoto Ketiga: Tokyo Keempat: Hokkaido Kelima: Korea Keenam: Hiroshima Ketujuh: Vietnam (Ho Chi Minh City) Kedelapan: Thailand Baiklah, mari mulai dengan perjalanan kita yang pertama. One day trip to Aso dan Kumamoto. Kumamoto dan Aso adalah nama dua daerah di bagian selatan Fukuoka. Kumamoto merupakan perfektur tersendiri, sementara Aso adalah nama gunung yang terkenal seantero Jepang karena kaldera nya yang konon katanya indah. Niatan menjelajah dua daerah ini sebenarn

29 September 2012

September has always been my favorite month because the end of the month is my birthday. Cheesy. Can’t be happier to receive so many greetings and hugs, cakes, or gifts. Hehe. Should have posted this writing on the D day. But I was too busy to eat around with boyfriend and forget to post something special. But better late than never, isn’t it? :p Let’s say hello once again to September 29th. It’s been the 22nd times since the world greatest mom gave birth to a little girl named Diah. There was nothing special on this day, except those greetings I mentioned before. My boyfriend did give something I’ve been searching for, but that’s it. I didn’t even remember my birthday when he tried to make me mad by saying he wouldn’t be able to be in Jogja on my birthday. I guess I am getting older. Compared to last year, really, I do not have anything special to celebrate this year. Err, should revise it. One of the most special things happened on September this year btw. The best gift I could

Sayonara Nihon

Mengutip kata teman saya Emiko "Home is where your heart belongs. I have only one heart, but it belongs to two homes." Sudah setengah tahun sejak saya pulang dari Jepang. Nyatanya, negara saudara tua itu masih membekas di kepala. Saya masih pengen balik kesana. Entah karena saya selo jadi suka ngelamun sendiri. Entah karena negara sakura itu begitu menggoda. Entah karena Jepang adalah negara pertama yang memberi saya kesempatan untuk tinggal lama. Entah karena jiwa saya memang melankolis. Dan banyak entah berantah lainnya. Intinya, kalo ada kesempatan, I'd love to go back to Japan. :) Tulisan di bawah ini sebenernya sudah lama saya tulis. Sehari setelah nyampe rumah, saya langsung buka laptop dan nulis sebelum keburu lupa. So, please enjoy. :) When I saw those less friendly faces in the airport, when I saw people throwing garbage on the street, and when I felt the super humid air, I knew that I was no longer in Japan. Welcome home Diah, Welcome to Bali  March 20

11 September 2011

Salah satu hari dimana rasanya setengah beban hidup terbang dari bahu. Akhirnya, skripsi yang sempat mangkrak selama setahun itu masuk ruang sidang juga. Konon katanya, setelah dinyatakan tidak usah mengikuti sidang lagi oleh para dosen penguji , saya berhak menyandang tambahan tiga huruf di belakang nama saya yang sudah panjang itu. S.IP (Sarjana Ilmu Politik) begitu katanya. Terus kenapa kalau sudah SIP? Toh ini bukan jamannya si doel lagi dimana kuliah atau jadi sarjana itu masih kesempatan langka. Toh sekarang semakin banyak orang yang bisa menyelesaikan jenjang strata satu, bahkan berlomba-lomba mendapat gelar jenjang selanjutnya. Apa istimewanya? Kuliah juga 5 tahun? Jurusan juga “cuma” ilmu komunikasi yang konon katanya bukan untuk anak-anak elit dan berotak cerdas macam kedokteran atau teknik (no offense) ? Istimewanya adalah karena saya dan ibu berhasil menepis segala omongan dan sarkasme yang menyerang kami dari segala penjuru. Dari dulu hingga sekarang. Tapi,

Tuah Komanbud

Gambar
Merasa bersyukur pernah ngambil mata kuliah Komunikasi Antar Budaya yang diampu Mbak Hermin. Walaupun kedengeran konvensional, tapi mata kuliah ini tergolong yang cukup menantang karena kita harus belajar tiap minggu sebelum masuk kelas dan paling applicable . Kenapa? Karena bentuk komunikasi ini merupakan salah satu yang paling sering kita lakukan. Berhubung saya cuma dapet B (malah curcol) untuk mata kuliah ini, sejujurnya saya ga begitu inget dengan berbagai teori yang dikemukakan oleh Gudykunst dkk. Beberapa yang saya inget misalnya kalau stereotype merupakan bentuk imaji yang tercipta karena kurangnya informasi atas sesuatu dan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain, sebisa mungkin kita harus mengeluarkan diri dari kukungan berbagai stereotype yang pernah kita denger sebelumnya. Meskipun itu mustahil dan perilaku kita saat berinteraksi nantinya juga sedikit banyak ditentukan oleh berbagai informasi yang kita kumpulkan mengenai lawan bicara. Nah, terus apa untungnya

Ho Chi Minh City for 13th AUN Educational Forum 2012

Gambar
Bingung cuma ngejogrok di kost-an ngerjain skripsian, saya milih buat buka web kesayangan kita semua yang pengen jalan-jalan gratisan. Apalagi kalau bukan www.oia.ugm.ac.id. Buat anak UGM yang mungkin belum kenal website sakti ini, sebaiknya sempatkanlah sesekali berkunjung ke web tersohor punya kantor urusan internasional alias KUI ini. Soalnya, usut punya usut, walaupun kadang beritanya telat dan proses seleksinya gak transparan, website ini tetap menawarkan banyak kesempatan. Jadi ceritanya, pas saya buka website ini, pas kebetulan KUI lagi buka aplikasi buat student yang mau ikutan student forum di Ho Chi Minh City, Vietnam yang diselenggarakan oleh Asean University Network atau kerennya AUN. Syaratnya gampang aja, masih kuliah (ehm, biar tua yang penting eksis), bisa ndobos-ndobos dikit pake bahasa inggris, bikin essay 2000 kata tentang Asean Youth and Global Citizenship and Intercultural Competence, dan buat yang lolos nanti akan mengikuti interview yang dipimpin langsung s

My Brown Hair

Gambar
You're not a criminal just because you dyed your hair. Call me muna . Dulu, waktu jaman saya masih lugu dan polos, saya sempet risih sama mbak-mbak atau mas-mas yang rambutnya di-cet. Kadang dengan teganya saya nganggep mereka buceri alias bule ngecet sendiri. Aneh banget, pikir saya. Udah bagus-bagus dikasi rambut item kok malah dicet. Kalo bagus sih ga masalah, tapi masalahnya ada beberapa yang warnanya ga sesuai sama warna kulitnya. Dan saya sempet yakin banget kalo ngecat rambut adalah salah satu hal yang gak akan saya lakukan. Tapi apa nyatanya? 6 Bulan pertama tinggal di Jepang nyatanya sanggup membuat saya merubah prinsip yang selama ini saya yakini. I wanted to die my hair . Saya gak peduli sama masalah yang nantinya ditimbulin, entah kering, entah gak cocok ama warna kulit. I just wanted to die it. Alasannya simpel. Cewek-cewek Jepang looks cute with their brown hair and I'm bored this black hair. Pesan moral: Never ever judge a thing. You never know when thos

Welcome to Fukuoka (One Year After)

4 April 2011. Hari ini tepat setahun yang lalu, one of the best things happened in my life. Dengan 3 anak Indonesia lain ( vita, fifi, dan nita ), saya meninggalkan tanah air menuju Fukuoka. Sebuah kota yang namanya tidak begitu saya kenal sebelumnya. Menuju sebuah universitas yang bahkan namanya aja ga pernah saya denger sebelumnya. Untuk bertemu dengan orang-orang yang tidak pernah saya bayangkan keberadaannya, sebelumnya. Jadi ceritanya, kami berempat beruntung karena lolos untuk mengikuti program pertukaran pelajar di Fukuoka Women’s University. If you think to google this university, stop it. You won’t find what you want, if what you want is super high technology university with world class ranks. Nope. FWU is just a small university in the biggest city in Kyushu, Fukuoka. But if you are type of person who think ranks is not everything you need to measure and enjoy life, then follow my story. If you are still eligible, then apply for the program. Haha 5 April 2011, pukul 8 pa

Have You?

Have you ever hated someone so much? You want but you can't. You want but you are not allowed to. You want but you'll know it will just hurt you even more? Have you ever wanted to scream but you can't? You're not allowed to. or you will just hurt people even more. Have you ever wanted to run? Never look back and never have to go back? But you can't. You're not allowed to. because it is the south pole and you're the north pole. and you will always be pulled back. Have you?

Tips and Tricks Travelling by Seishun 18 Kippu (based on true story)

Gambar
Jadi orang asing di Jepang yang ga tau apa-apa (terutama bahasa) itu memang agak menyedihkan. Boro-boro baca kanji, hiragana-katakana saja masih patah-patah. Tapi dengan nekatnya saya dan partner in crime saya, Vita , selalu punya tips and tricks agar tetap bisa travelling di Jepang tapi ga nyasar-nyasar! Mau tau gimana bisa kita jalan-jalan pake kereta, berganti dari satu stasiun ke stasiun lain? Here we go.. Wajah dan Body Language Dengan wujud yang berbeda dari orang-orang Jepang pada umumnya, kehardiran kita saja biasanya sudah mengundang perhatian. Minimal, beberapa menoleh atau yang lebih vulgar akan melihat dari atas sampai bawah. Hal ini dapat kita jadikan tonggak awal tips pertama. Begitu mereka menoleh, langsung pasang wajah paling bloon yang kita punya. Alis berkerut, kepala celingak-celinguk, berkali-kali melihat jadwal yang kita bawa dan papan pengumuman di stasiun, sambil berjalan bolak-balik. Dijamin tidak lebih dari 10 menit, seseorang akan datang dan bertanya ap

Kepentingan Umum dan Kepentingan Pribadi

Gambar
"Kepentingan Umum harus ditempatkan di atas kepentingan pribadi maupun golongan." Pernah ngerasa denger kalimat sakti ini? Kenapa saya sebut kalimat sakti? Soalnya kalimat ini berkali-kali muncul di pelajaran PPKn semasa SD dulu. Saya ga tau sih apa semua buku PPKn di SD Indonesia menuliskan kalimat ini. Tapi intinya, sejak kecil, saya dan (minimal) anak-anak SD saya dicecoki kalimat ini. Dan seperti yang sudah kita tahu semua, SD adalah tingkat pendidikan basis dimana otak kita masih pure, belum punya keyakinan prinsipil atas hal-hal tertentu. Akibatnya (meskipun ga selalu berhubung ga ada teori komunikasi yang mutlak buat membuktikannya), kita (oke lagi-lagi minimal saya) percaya kalau kepentingan umum memang harus ditempatkan di atas kepentingan pribadi atau golongan. Selama belasan tahun, saya ga pernah ragu akan konsep itu. Beberapa kali soal ulangan selalu ngebahas tentang misalnya kita harus ngerelain tanah kita dibuat jadi jalan umum kalo memang diperluin. Kalau

Survival Weekend

"The hardest part of leaving Japan is waving hands to those sincere faces and wondering when you will meet them again" Grrr.. Kadang saya sebel punya jiwa metal alias melow total. Dikit-dikit galau, dikit-dikit melankolis, dikit-dikit nangis. Belum lagi saya ngerasa semua barang terlalu berharga untuk dibuang. Saya sih membela diri dengan bilang that I value memory. Tapi tapi.. Jumat dan sabtu (17-18 February) ini semua mahasiswa WJC mengikuti program yang namanya Survival Weekend di Kitaseto Elementary School, Sasaguri. Jangan terkecoh oleh namanya. Kita ga akan dilatih kayak tentara dan tidur di barak militer. Survival weekend ini maksudnya selama 2 hari kita harus terus menggunakan bahasa jepang, baik untuk berkomunikasi sesama anak WJC, sama anak2 SD yang gak ujudbillah aktifnya, ataupun host family. The best part of survival weekend menurut saya adalah bermalam di tempat host family. Kali ini saya ditampung oleh Fujiki Family, host fam ke 4 saya selama di Jepang.

Haruki Murakami : After The Quake (Pugh Sensei assignment)

Gambar
Sebelumnya, biarlah saya mengaku dosa. Konon deadline tugas ini adalah hari ini sebelum jam 12 siang. Apa daya, saya cuma tahu kalod deadlinenya hari ini, tanpa embel-embel batas waktu. Dengan langkah gagah perkasa saya menyambangi kantor beliau dan melihat kotak kuning yang konon tempat ngumpulin tugasnya. Anehnya (sekitar jam 2 siang), kotak kuning itu kosong melompong. Berfikir positif, saya ga curiga sama sekali. Mungkin Pugh Sensei ngambil tugasnya biar tu kotak ga keberatan dan tugas anak orang ga ilang. Sante kayak di pante, saya balik ke dorm buat makan siang sore. Lagi asik-asiknya ngunyah tahu (udah murah, sehat bergizi pula), hape saya bergetar hebat (lagi silent mode, makanya getarannya kenceng bener). Email dari mak bita. Isinya bikin geger. "Kata mona, deadline tugas pugh sensei hari ini jam 12 mak. saya ga tau" Untung tak dapat diraih, malang tak dapat diduga. Sekarang saya cuma bisa berharap Pugh Sensei berbaik hati mengampuni kesalahan kami dan mau menil