One Day Trip to Saga #Edisi Berburu Momiji

November (seharusnya) menjadi salah satu bulan paling indah di Jepang karena bertepatan dengan datangnya musim gugur. Saya sendiri tidak terlalu mengerti kapan sebenarnya musim gugur di Jepang dimulai dan berakhir. Yang saya tahu, November akhir seharusnya merupakan saat-saat dimana daun momiji menjadi kuning, merah, kemudian gugur.

Sayangnya harapan untuk melihat daun-daun momiji berubah menjadi merah ke-oranye-an tahun ini tidak berjalan mulus. Paling tidak untuk daerah Fukuoka dan sekitarnya. Menurut beberapa sumber yang saya baca, tahun ini momiji tidak akan berubah menjadi merah, melainkan langsung coklat dan gugur. Sebab musababnya rupa-rupanya karena suhu udara yang terlampau hangat untuk ukuran bulan ini dan hujan yang seharusnya tidak datang. Alangkah sedihnya saya >__< Tapi saya dan beberapa teman yang bersikeras ingin melihat momiji menjadi merah (kouyou) tentu tidak tinggal diam. Di Fukuoka boleh saja daun tidak memerah, tapi di daerah lain belum tentu kan? Saya dan rekan seperjuangan paling handal sejagat raya, Vita, pun mencari beberapa spot di daerah lain yang masih dekat dengan Fukuoka dan sekiranya mampu menyuguhkan pemandangan yang sejak lama kami impikan.

Akhirnya, daerah yang beruntung yang menjadi pilihan kami adalah Saga. Kenapa? Saga merupakan perfektur tetangga Fukuoka. Cukup dengan menggunakan kereta, kami sudah bisa sampai disana. Tidak jauh, tapi tidak dekat-dekat juga. Dan kami rasa satu hari perjalanan sudah cukup.
Setelah menentukan beberapa tempat tujuan, akhirnya pilihan kami jatuh pada tiga tempat di Saga, yakni Kunen-an Temple, Yoshinonagari, dan Daikouzenji Temple.

1. Hakata - Kunen-an Temple
Petualangan hari itu dimulai dengan berangkat sekitar pukul 08.30 dari dorm. Sayangnya, meskipun sudah lari-lari kejar-kejaran bis, kami masih ketinggalan kereta awal incaran kami. Akhirnya, kami pun menaiki kereta jadwal selanjutnya, pukul 09.22.

Perjalanan dimulai dari Hakata (stasiun kereta api JR terbesar di Fukuoka city) menuju Kunen-an Temple. Kami memilih untuk mengunjungi tempat terjauh diantara 3 lokasi tujuan utama. Untuk sampai disini, kami berhenti di stasiun Kanzeki (kurang lebih 1 jam).

Dari Kanzeki, kami masih harus naik bus lokal untuk tiba di tempat tujuan. Sampai di sana, ternyata ramainya bukan main. Kami baru ingat kalau hari saat kami berkunjung merupakan hari libur nasional di Jepang. Ditambah lagi hari itu merupakan hari terakhir untuk melihat kouyou tahun ini. Lengkaplah sudah ramainya.

Kami kaget pol melihat antrean memasuki temple yang luar biasa panjangnya. Kekagetan kami bertambah ketika mengetahui kalau kami harus memiliki karcis untuk bisa ikut mengantri. Yeah, making lines is one of the basic life style in Japan. ;p

Tapi lelah kaki mengantri terbayar dengan pemandangan yang kami lihat. Begitu memasuki bagian pertama temple ini, suguhan daun momiji yang memerah (dan meng-orange) membuat kami sangat bersyukur kami mengunjungi tempat ini. Meskipun beberapa daun masih tampak hijau dan beberapa lagi justru sudah berubah jadi coklat, tapi Kunen-an Temple merupakan bagian dari sejarah hidup kami di Jepang. Tempat ini kami nobatkan dengan resmi sebagai tempat pertama kami menikmati "kouyou" di negeri matahari terbit. :D

Tiket Hakata - Kanzaki (820 Yen)
Tiket Bis Kanzaki St. - Kunen-an PP (600 Yen)
Tiket masuk Kunen-an Temple (300 Yen)
Total = 1720 Yen





2. Kanzaki St. - Yoshinonagari
Setelah puas menikmati Kunen-an Temple, langkah selanjutnya diarahkan menuju Yoshinagari. Tempat ini merupakan bekas pemerintahan, benteng pertahanan, dan kuburan bangsa Jepang jaman dahulu. Jangan ditanya lengkapnya, saya juga tidak mampu menjawab. Saya ngebet datang kesini karena tempat ini merupakan satu-satunya objek wisata di Saga yang masuk ke dalam 15 besar objek wisata di koleksi kartu pos tempat-tempat wisata yang harus dikunjungi di Kyushu. Kebetulan juga, lokasinya ternyata (menurut review) dekat dengan Kanzaki St.

Tapi ternyata, selalu ada kejutan dalam setiap petualangan. Yoshinonagari memang dekat (kelihatannya), tapi ternyata tidak ada alat transportasi yang bisa digunakan untuk mengangkut kami kesana. Kata petugas stasiun yang kami tanya, kami tinggal berjalan lurus dari stasiun kira-kira 10 menit.
Ternyata lagi, jalan menuju Yoshinonagari terbilang cukup sesat. Sawah di kanan kiri dan kami harus naik-naik tangga agak memanjat untuk sampai di pintu gerbangnya, yang kami curiga adalah gerbang belakang dan bukan gerbang utama.

Namun benar kata pepatah, bersakit-sakit dulu, senang-senang kemudian, lalu sakit lagi. Lelah yang menerjang terbayar karena setelah sampai di dalam taman yang luasnya berhektar-hektar ini, pemandangan yang kami dapat luar biasa indah. Sayangnya, kami sekali lagi harus menelan pil pahit karena harus kembali berjalan menuju stasiun untuk mencapai lokasi berikutnya.

Jalan kaki (gratis)
Tiket masuk Yoshinonagari (400 Yen)
Total = 400 Yen + kaki pegal-pegal





3. Daikouzenji Temple
Tempat terakhir yang kami kunjungi berada di dekat Kiyama St. Menurut rencana perjalanan yang sudah Vita susun semalam sebelumnya, mencapai Kiyama tidaklah sulit. Cukup transfer kereta sekali. Namun malang tak dapat ditolak, dalam perjalanan menuju Kiyama sudah dekat, kami malah nyasar. Ibaratnya, seharusnya kami naik kereta ke barat, kami malah duduk manis di kereta ke arah timur. Untungnya Vita segera sadar dan turun di stasiun terdekat. Stasiun ini sangat kecil dan sang petugas kereta dapat langsung menebak kalau kami menaiki kereta yang salah. Ternyata Kiyama masih jauh. :p

Sampai di Kiyama, waktu sebenarnya baru menunjukkan pukul 05.00 tapi langit sudah mulai gelap dan angin dingin mulai berhembus. Berhubung di temple ini ada acara temple light up, maka khusus selama seminggu (dan hari kami berkunjung adalah hari terakhir) temple tutup lebih malam. Untuk sampai di temple-nya sendiri, dari stasiun kami masih harus menggunakan bus lokal.

Lagi-lagi malang tak dapat dijemput. Dengan kondisi kaki mulai sakit dan perut agak lapar, kami melihat undakan tangga yang tingginya gak tanggung-tanggung. Tapi apa daya, sudah sampai disana, masa kami mau menyerah?
Berbekal semangat "Ganbarimasu" dan "bersama kita bisa", kami menapaki tangga kehidupan menuju temple. Dan lagi-lagi kami merasa beruntung bisa sampai di tempat ini karena pemandangannya yang patut diancungi jempol. Meskipun seharusnya melihat kouyou itu siang-siang, tapi di malam hari pun, dengan pencahayaan khusus, kami masih bisa menikmati indahnya kouyou. Bahkan, terlihat berbeda dari kouyou-kouyou di tempat lain.
Tidak berhenti sampai di sana, di atas temple ternyata ada penjual Oden dan nasi goreng. Perut kenyang, hati pun senang. :D

Tiket kereta Kanzeki St. - Kiyama St. (450 Yen)
Tiket bus Kiyama St. - Daikouzenji Temple PP (380 Yen)
Tiket masuk Daikouzenji Temple (500 Yen)
Total = 1320 Yen




4. Kiyama - Hakata
Pukul 07.10, temple resmi ditutup dan kami pun kembali menuju stasiun untuk meneruskan perjalanan pulang dengan kereta. Sebelum melambaikan tangan perpisahan, kami menyempatkan diri untuk mengambil foto di illumination sederhana di depan stasiun. Entah hanya di Jepang atau juga di belahan negara lain, namun sejak seminggu kemarin hingga natal nanti, banyak tempat di Jepang yang akan mengadakan festival iluminasi. Dari namanya tentu sudah bisa ketahuan kalau festival ini semacam mendekorasi suatu tempat dengan lampu-lampu dengan berbagai macam bentuk. Tiba di Hakata, kami pun disambut dengan illumination yang cukup meriah.

Tiket Kiyama St. - Hakata (450 Yen)

Total biaya perjalanan = 3890 Yen atau sekitar 389.000 Rupiah


Ps. Semua jadwal kereta bisa didapatkan di www.hyperdia.com atau kalau websitenya eror, bisa googling dengan keyword hyperdia train table. Jempol untuk website dimana kamu bisa mengakses berbagai jadwal kereta di Jepang. Tersedia dalam B Jepang dan Inggris (Thanks God) :P

Komentar

Postingan populer dari blog ini

A Journey to be a Star (Danone Management Trainee Recruitment Phase)

My Chevening Journey

Perpisahan Kelas Bahasa Jepang