Siwa Ratri

Jung, besok siwaratri. Ibu ama adik kalo sehat rencananya mau puasa. Jangan lupa berdoa ya..

Email singkat dari ibu di rumah. Berhubung saya ga punya Kalender Bali 2012 di sini, dan sekalipun saya punya saya tetep jarang liat Kalender, ibu selalu rutin mengirim email kalau hari raya tiba. Galungan, Kuningan, Purnama, Tilem, Kajeng Kliwon, Saraswati, Otonan, dan Siwaratri (banyak banget kan? jadi jangan salahin saya kalo ga pernah hafal *dilempar gebogan*).

Satu hal yang saya ingat tentang perayaan Siwaratri adalah cerita guru agama saya waktu SD tentang kisah "Lubdaka si pemburu". Diceritakan bahwa pada malam purwaning tilem sasih kepitu, Lubdaka pergi berburu seperti biasa. Sayangnya doi kehabisan makanan dan minuman dan terpaksa harus bermalam di hutan. Supaya ga dimakan binatang buas, Lubdaka naik ke atas pohon dan berusaha terjaga sepanjang malam sambil menghitung daun Bila. Soalnya berhubung doi bukan Koala yang bisa dengan santainya tiduran di atas pohon, Lubdaka takut jatuh dan dimakan binatang buas kalau tertidur walau sedikit aja.

Ternyata daun yang dihitung Lubdaka jatuh mengenai Lingga Siwa dan pada hari Siwaratri yang merupakan hari pemujaan kepada Dewa Siwa. Alhasil, ketika meninggal dan reinkarnasi, Lubdaka dapat terlahir kembali sebagai petani dan bukannya hewan walaupun Lubdaka telah membunuh banyak hewan.

Tapi jangan salah, Lubdaka bisa punarbhawa lagi sebagai petani bukan cuma karena doi begadang semalaman pada malam Siwaratri. Beruntung banget dong doi kalo gitu? Tapi juga karena Lubdaka berburu bukan karena dia menyukainya atau gemar membunuh hewan, tapi untuk memenuhi kebutuhan hidup saudaranya.


Menurut beberapa artikel yang saya baca #edisiDiahanakSolehah, ada 3 hal yang harus dilakukan pada saat Siwaratri. Tidak berbicara (bukan diem melongo lo, tapi menyebut nama Siwa secara terus menerus dalam hati), Tidak makan dan minum (atau mencoba mengendalikan salah satu nafsu dalam hidup), dan Tidak tidur (bukan buat nontonin Gossip Girl atau How I Met Your Mother, tapi untuk merenungi kesalahan yang kita buat).

Kalau di rumah, siwaratri biasanya diikuti dengan ritual puasa bersama. Niatnya sih 1x24 jam, tapi kalau ga mungkin 1x12 jam, atau semampunya aja. Awalnya waktu dikasi tahu si ibu kalau hari ini Siwaratri, saya memutuskan untuk tidak puasa saja tahun ini. Tapi hati berkata lain. Ga puasa, kok rasanya gimanaaaaa gitu. "Kenapa ga dicoba aja Diah? Kalopun ga kuat, ya udah buka. Yang penting kan ada niat dan mau nyoba" Kebetulan juga kemarin saya ngikutin pertandingan Liverpool (walaupun kalah malu-maluin dari Bolton) sampe jam 4 pagi. Yowes lah, kenapa ga sekalian aja sahur dan coba puasa?

Rupa-rupanya kebiasaan makan bablas selama di Jepang jadi tantangan tersendiri buat puasa kali ini. Pukul 18.00 saya memutuskan untuk berbuka. Waktu email ibu di rumah, eeeeh si ibu n adik malah mau jalan ke Pizza Hut makan salad n soupnya sebagai menu berbuka. Saya yakin, ini pasti buah bujukan gombal maut adik saya yang gendut itu. Kami akhirnya jadi diskusi "kalo abis puasa, boleh makan yang mewah-mewah gak ya?"

Kami tidak berhasil menemukan jawaban pasti. Tapi saya punya satu keyakinan. Hindu ga pernah mengatakan BOLEH atau TIDAK BOLEH, tapi lebih tentang menahan diri dari nafsu-nafsu yang sebenarnya tidak perlu. Selain itu, salad dan soup kan juga bukan barang mewah atau berfoya-foya. Tapi lebih karena ibu saya ga sempat masak. :p



Selamat ber-Siwaratri. Om Namah Siwa Ya, Om Namah Siwa Ya,…. Om Namah Siwa Ya… Om Namah Siwa Ya… Om Namah Siwa Ya… Om Namah Siwa Ya…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

A Journey to be a Star (Danone Management Trainee Recruitment Phase)

My Chevening Journey

Perpisahan Kelas Bahasa Jepang