Si Putri Malu

Kepala Si Putri Malu mulai bergolak dengan hebat. Lagi. Ini untuk yang kesekian kalinya. Agaknya Si Putri Malu masih belum bisa berdamai dengan keadaan sekelilingnya. Kepalanya akan terus bergolak kalau begini. Jangan-jangan, hingga pecah berserakan.

Kali ini sakit kepala datang karena Putri Malu menatap Sakura. Ia sudah menengadah setinggi mungkin. Tapi Sakura tetap terlalu tinggi untuk ditengoknya. Putri Malu hanya bisa berharap Sakura itu layu dan tidak tumbuh terlampau tinggi. Ia ingin melihat kelopaknya dari atas. Sekali saja.

Putri Malu dan Sakura sama-sama berwarna merah muda. Warna yang membuat teduh pandangan sekitarnya. Tapi Sakura menjulang tinggi dan kokoh. Sementara Putri Malu teronggok tak berdaya. Orang-orang memandangi Sakura dengan penuh ketenangan. Sementara mereka melihat Putri Malu hanya untuk bersenang-senang. Menyentuh daunnya agar Si Putri jatuh tertidur.

Si Putri Malu terus mendongak ke atas. Penuh harap. Hingga daunnya disentuh oleh laki-laki kecil yang selalu tertawa setiap kali ia melihat Putri Malu mengucup malu ketika disentuh. Putri Malu hanya bisa tersenyum kecil melihat keceriaan bocah ini. Tidak terganti. Denyut di kepalanya perlahan-lahan memudar. Tidak seluruhnya. Hanya sebagian kecil. Tawa laki-laki kecil ini meredam sakitnya.

Setidaknya kini Putri Malu bisa beristirahat sejenak. Sambil tidur, Putri Malu bermimpi bertemu wortel. Wortel bersedih karena tidak sekalipun bisa melihat dunia kecuali jika kehidupannya sudah dicabut dari dalam tanah. "Jangankan melihat Sakura. Menikmati sinar mentari saja aku tak mampu."

Ah, Putri Malu tersadar dari mimpinya. Daun dan bunganya kini sudah kembang lagi. Laki-laki kecil itu masih disana. Menungguinya dengan sunggingan senyum penuh harap. Kepala Putri Malu kini sudah tidak bergolak lagi.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

A Journey to be a Star (Danone Management Trainee Recruitment Phase)

My Chevening Journey

Perpisahan Kelas Bahasa Jepang