Bauu



Kejadian yang akan Anda baca di bawah ini bukan rekayasa dan ditulis dengan sebenar-benarnya.

Pada suatu masa, saya dan dua orang teman saya sedang mengikuti sebuah seminar tentang profesi yang nantinya ingin saya tekuni. Kebetulan seminar ini diadakan di dua ruangan terpisah. Sesi pertama di sebuah gedung bioskop dan sesi kedua di ruangan sebuah hotel.
Awalnya keadaan sangat nyaman dan tentram. Ruangan cukup kondusif untuk mendengarkan cerita pengalaman dari pembicara yang dijanjikan hadir dalam poster seminar. Tapi tiba-tiba, dalam hitungan detik, sesuatu yang sangat bau menyeruak masuk ke hidung saya. Saraf sensori dengan kemudian mengirim rangsangan ke otak dan indera saya. Otomatis, saya menoleh untuk mencari sumber bau. Saya belum dapat mendeteksi sumber kekacauan yang mulai mengganggu ini. Mencari bala bantuan dan persetujuan, saya menoleh ke arah dua teman yang lain. Terima kasih Tuhan bahwa hidung saya belum mengalami kegagalan fungsi penciuman, dua teman saya juga memandang ke arah saya. Mengangguk mengisyaratkan bahwa mereka juga terjangkit wabah serupa. Bau tidak sedap yang sangat menusuk hidung. Kami memutuskan untuk berpencar mencari si sumber bau. Setelah beberapa detik berkelana, kami sampai pada satu titik. Pada satu pria. Pada satu kesimpulan. Dan pada satu nasib. Pria ini duduk tepat dua kursi di deretan kami. Yap, makin mual membayangkan tiga jam terperangkap pada aroma yang sungguh (maaf sekali tidak bermaksud mengejek) tidak sedap ini.

Seusai sesi pertama, kami bersyukur masih memiliki nafsu makan. Sesi kedua dimulai, perasaan kami sangat nyaman karena si pria tadi berada di ruangan yang berbeda dengan kami. Tapi menjelang sesi berakhir, MAK NYESS, tiba-tiba kami dikejutkan oleh aroma yang sangat kami kenal. Lebih menyengat. Lebih dekat. Mata kami saling beradu dan dengan kompak menoleh ke belakang ke arah sumber pengacau. Dan YAP! Pria itu tepat berdiri di belakang kami. Dan kami terperangkap tidak mampu berbuat apa-apa. Kanan kiri penuh. Pembicara lagi Oke-Okenya. Serahkan saja pada Tuhan, begitu keputusan akhir kami. Saat sesi kedua ini berakhir, kami benar-benar mual dan kehilangan nafsu makan. Kue dan kopi yang diedarkan bahkan tidak berhasil menarik minat dan perhatian kami.

Anda mungkin berfikiran saya LEBAY dan MENDRAMATISIR keadaan. Tapi, sungguh, sumpah, saya tidak bohong. Bau yang saya cium itu nyata adanya. Saya tidak pernah bertemu atau mencium hal seperti itu sebelumnya dan semoga tidak pernah lagi. Saya TRAUMA.

Sungguh saya terheran-heran. Bagaimana bisa? Di era seperti sekarang ini, di saat deodoran dengan mudah ditemukan dan dibeli di dekat rumah, di saat sudah banyak berdiri kios-kios parfum literan yang dengan harga mulai dari dua ribu perak untuk dua kali semprot, di saat sabun mandi hadir dengan janji-janji mutakhirnya, masih ada BAU semacam itu?
Sungguh luar biasa. Ibarat menantang pergerakan jaman. Saya tidak habis pikir.

Tulisan ini juga saya buat bukan untuk MENGEJEK si pria tidak dikenal itu tadi. Melainkan lebih pada wujud keheranan sekaligus peringatan bagi seluruh insan manusia di dunia. Berhati-hatilah dengan BAU BADAN ANDA. Sungguh, it could killing people slowly but sure if u didnt manage it well.
Tolong, hormati keberadaan Anda dan orang-orang di sekeliling Anda.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

A Journey to be a Star (Danone Management Trainee Recruitment Phase)

My Chevening Journey

Perpisahan Kelas Bahasa Jepang