Lovely Patah Hati


Broken heart is suck! Memang. Sampai-sampai ada lagu "lebih baik sakit gigi daripada sakit hati ini..."

Tapi mau bagaimana lagi, itu risikonya berani menyukai orang lain dan berharap orang tersebut akan membalasnya. Padahal kesempatan timbal balik seperti itu kalau dipikir-pikir sangat kecil kemungkinannya kan? Anggap saja saya wanita yang menyimpan harapan pada seorang pria. Di sekeliling pria tersebut ada puluhan wanita lain yang siap menerkam jika saya lengah. Kalau dihitung secara matematika, persentase pria itu membalas harapan saya tentu sangat kecil kan? Tapi namanya juga orang jatuh cinta. Gak ada lagi yang namanya hitung-hitungan secara matematika.

Atau dari sekian banyak kisah, patah hati memang tidak melulu tentang cinta bertepuk sebelah tangan. Ada juga karena kisah "perbedaan" yang tidak bisa disatukan, si pasangan yang keras kepala, kekerasan domestik, hingga aksi main hati. Apapun penyebabnya, rasanya tetap sama. SIAL dan MENYEBALKAN!

Putus cinta atau patah hati sama-sama memuakkannya. Makan gak enak, tidur gak nyenyak, mata pun bengkak. Waktu masa ini menyerang, hal yang paling diinginkan (oleh saya paling tidak) adalah semampunya menghindari tempat sepi atau bangun pagi. Dua kondisi ini merupakan saat-saat paling rawan mengingat lagi kenangan atau harapan mengenai seseorang yang membuat kita berantakan. Inginnya lari, pergi ke tempat ramai, tertawa lebar-lebar, berusaha menutupi bahwa tidak ada sesuatu yang menyedihkan sedang terjadi pada hidup kita.

Namun dari sekian banyak kisah patah hati yang pernah saya temui, ada seorang teman yang sangat bijak yang berkata bahwa segala sakit yang ia rasakan sekarang merupakan buah karmanya sendiri. Entah karma apapaun. Tidak nyambung. Memang. Tapi agama saya mempercayai bahwa setiap manusia memiliki karmanya sendiri dan didapatkan dengan cara dan bentuk yang berbeda-beda. Jadi percayalah bahwa segala sakit yang dirasakan oleh orang yang patah hati merupakan akumulasi sakit hati orang-orang yang pernah kita sakiti sebelumnya.

Terus terang tulisan ini saya buat karena secara kebetulan sedang banyak kisah patah hati di sekitar saya. Heran, kenapa terjadinya berbarengan. Lagi musimnya mungkin. Tapi semoga segera berganti. Susah, memang. Lama, mungkin juga. Tapi toh, semua orang pernah patah hati. Ibaratnya, ini salah satu fase pendewasaan yang pasti dialami oleh siapapun. Saya berani jamin bahwa pria setampan Leonardo diCaprio dan wanita "sesempurna" Kate Moss pun pernah patah hati.
Nikmati saja dulu.
Salurkan energi yang kita buang untuk menangis menjadi kegiatan positif.

Saya sering mendengar kisah sukses dan inspiratif dari teman-teman yang pernah patah hati.
Seorang teman saya yang ditinggal kawin pacar pertamanya mengakui kalau ia justru jadi rajin bersih-bersih rumah dan olahraga waktu patah hati gara berhasil mengubah energi menangisnya menjadi energi positif.
Seorang teman lagi yang ditinggal "pergi untuk selama-lamanya" justru mampu menggaet beasiswa ke negeri seberang dengan harapan selalu membahagiakan pasangannya yang kini berada di sisi Tuhan.
Kalau mereka bisa, kalian tentu juga bisa.

Kalau kata Audy "mencintamu.. takkan kusesali, karna aku yang memilihmu.."
Kalau kata orang yang berusaha menghibur orang yang patah hati "masih banyak ikan di laut. Ayoo mancing lagi."
Kalau kata saya "life is just too short and beautiful just to be wasted regreting everything and thinkin about our ex."
Sulit dan perlu keikhalasan. Memang. Tapi hati kita jauh lebih besar untuk memberi ruang pada rasa itu. Bukan begitu teman-teman??

Komentar

Postingan populer dari blog ini

A Journey to be a Star (Danone Management Trainee Recruitment Phase)

My Chevening Journey

Perpisahan Kelas Bahasa Jepang