HIV/AIDS LAOS

Tulisan ini sebenarnya dibuat untuk membantu si ibu yang lagi menghadapi tugas semesteran sebagai syarat SKS di program S2 Manajemen Kesehatan. Berhubung si ibu lagi banyak tugas kantor, alhasil tugas ini dilimpahkan pada saya.
Berhubung HIV/AIDS sama sekali bukan bidang saya, jadi hanya sedangkal ini tulisan yang bisa sajikan. Selamat membaca :)

Kasus HIV positif di Laos pertama kali terdeteksi pada tahun 1990-an. Penyakit ini ditemukan diderita oleh seorang wanita pekerja seks komersial. Sejak pertama kali ditemukan hingga tahun 2004, pemerintah Laos melakukan tes HIV pada penduduknya dan sebanyak 835 didiagnosis menderita HIV positif, dimana 556 diantaranya meninggal selama rentang period tersebut. Hingga akhir 2010, berdasarkan data yang dikeluarkan oleh AVERT Asia Tenggara, tingkat penyebaran HIV di Laos sebesar 0,2% dengan jumlah penderita yang meninggal sebanyak kurang dari 200 orang dari total 6.368.162 jiwa penduduk Laos. Angka ini terbilang paling kecil dibandingkan negara-negara tetangga negara ini. Hal ini disebabkan oleh konsistensi penggunaan kondom, sekitar 80%, pada pekerja seks komersial.

Seperti pada kasus pertama, penyebaran HIV di Laos ditenggarai paling banyak disebabkan oleh aktivitas seks komersial di negara tersebut. Sebanyak 83% dari kasus HIV di Laos disebabkan oleh hubungan seks yang tidak sehat, sementara sisanya disebabkan oleh penurunan langsung dari ibu ke anak (3%), transfusi darah (0,3%), penggunaan jarum suntik (0.2%), dan faktor lain yang tidak diketahui (14%). Risiko ini bertambah mengingat Laos diapit oleh negara-negara yang memiliki tingkat penyebaran HIV yang cukup tinggi, seperti Thailand dan Kamboja. Belakangan, aktivitas seks komersial yang menjadi pemicu penyebaran HIV di negara tersebut justru ditenggarai meningkat. Banyaknya pekerja pabrik, buruh, dan supir truk yang melalui laos sebagai jalur transportasi untuk menghubungkan negara di sekitarnya dengan China meningkatkan aktivitas seks komersial di Laos. Bahkan, sebutan road to sex untuk jalur transportasi yang dilewati oleh pekerja tadi mulai dikenal. Tidak heran jika kemudian risiko HIV paling besar diderita oleh pekerja seks komersial, diikuti oleh pengguna jasa seks komersial seperti supir truk, istri dari pengguna jasa seks komersial, serta kelompok pengguna obat-obatan terlarang.

Stop HIV/AIDS

Pemerintah Laos sendiri dibantu beberapa organisasi internasional telah menggalakkan program kesehatan untuk menyadarkan masyarakat tentang bahaya HIV. Salah satunya adalah Domestic HIV/AIDS Policies atau aturan dalam negeri mengenai HIV/AIDS. Pemerintah Laos pada tahun 1988, 2 tahun sebelum kasus HIV pertama ditemukan, telah membuat komite nasional untuk penanggulangan AIDS. Tindakan ini dilihat sebagai usaha pemerintah untuk mencegah epidemi di Laos. Komite ini juga membuat beberapa kebijakan sebagai bagian dari pencegahan penyebaran HIV, seperti aturan tentang transfusi darah dan penggunaan kondom. Pendidikan mengenai HIV juga dilakukan di sekolah-sekolah untuk mengenalkan masyarakat sejak dini mengenai bahaya HIV. Program ini juga mencakup penderita HIV positif. Pemerintah memberikan terapi ARV sebagai bentuk support dan respon terhadap penyakit ini.

Pemerintah Laos tidak sendiri. Bekerja sama dengan beberapa organisasi internasional, seperti UNAIDS, WHO, World Bank, menginisiasi program, penyuluhan, dan tes HIV untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya HIV. Kerjasama ini fokus pada wanita pekerja seks komersial, bayi, dan anak-anak yang memiliki risiko tertular yang tinggi. Membangun kesadaran, mengurangi stigma buruk tentang penderita HIV, serta memperbaiki fasilitas medis merupakan sasaran utama dari berbagai program kesehatan yang ditempuh pemerintah.

Meskipun tergolong kecil, namun kasus HIV di Laos tidak dapat dipandang sebelah mata. Fakat mengejutkan justru menyebutkan bahwa diantara 77% penderita HIV di Laos, sebanyak 77% diantaranya berusia antara 20-29 tahun. Usia ini merupakan usia produktif yang memperbesar risiko penyebaran HIV. Letak geografis Laos yang berada di antara negara-negara dengan tingkat penyebaran HIV tinggi juga menyebabkan risiko penyebaran HIV di Laos meningkat. Selain itu, keberagaman suku serta bahasa yang digunakan penduduk Laos juga menjadi salah satu hambatan bagi pemerintah dalam menggalakkan promosi kesehatan tentang HIV. Faktor-faktor ini tentu harus diperhitungkan dan menjadi tantangan dalam memberantas penyebaran HIV di Laos.

Hentikan deskriminasi bagi penderita HIV/AIDS.

Referensi:
Chanthone Khamsibounheuang. 2006. "Lao PDR," Fighting a Rising Tide: The Response to AIDS in East Asia. Dipublikasikan untuk Japan Center for International Exchange, sepeerti terarsip dalam http://www.jcie.org/researchpdfs/risingtide/lao.pdf
http://www.avert.org/aids-hiv-south-east-asia.htm
http://www.utopia-asia.com/aidslao.htm
http://wvasiapacific.org/downloads/factsheets/HIVlaosweb.pdf

Komentar

Postingan populer dari blog ini

A Journey to be a Star (Danone Management Trainee Recruitment Phase)

My Chevening Journey

Perpisahan Kelas Bahasa Jepang