#Natsu Yasumi - 18 Kippu

Teman seperjalanan saya (sebut saja vita) mengatakan : “liburan ini aku akan aku abadikan dalam folder yang judulnya Japan Summer Blast.” Kalau boleh saya imbuhkan, liburan ini memang B(ab)las. Bablas tabungan, bablas tenaga. Bablas blas blas!

Agustus dan September adalah dua bulan paling dinanti dalam kalender akademik mahasiswa Jepang. Agustus pertengahan merupakan saat berakhirnya semester pertama (spring semester) dan hingga akhir September merupakan waktunya liburan. Berhubung liburan jatuhnya tepat pada saat musim panas, maka Orang Jepang menyebutnya dengan Natsu Yasumi. Natsu merupakan bahasa Jepang untuk musim panas, sementara Yasumi merupakan bahasa Jepang untuk liburan.

Sebagai mahasiswa Jepang dadakan, saya tentunya tidak ingin melewatkan momen besar ini hanya dengan duduk bengong di dorm. Bisa tua lumutan karena hampir semua penghuni dorm pergi untuk berlibur. Goal terbesar saya untuk periode natsu yasumi adalah Tokyo dan Osaka, dua kota besar di Jepang.

Dalam rangka persiapan, beberapa latihan fisik dan mental telah digenjot sejak dua bulan sebelumnya. Saya dan teman saya (sebut saya vita) mulai mengencangkan ikat pinggang. Berhemat demi liburan yang membutuhkan biaya yang tentunya tidak sedikit. Kami juga mulai giat berolahraga karena selama 11 hari perjalanan, kami akan banyak jalan sambil menggotong barang. Tapi demi, demi, demi, kami rela.

Selain persiapan fisik dan mental, ada beberapa poin kunci yang menentukan perjalanan kami kali ini. Apa saja? Tiket, penginapan, dan tempat tujuan. Hal pertama yang saya bahas adalah tiket!

Tiket Seishun 18 Kippu (Ju Hachi Kippu)

Beberapa teman dengan sadisnya sempat bertanya pada saya: “Naik apa di?” “Shinkansen?” Dengan berlinang air mata saya harus menjawab: “Bukan saudara-saudara. Sayangnya bukan Shinkansen.” Kecuali uang beasiswa saya dua kali lipat jumlah saat ini, baru mungkin saya mengarungi negara ini dengan kereta kapsul terkenal itu.

Lantas apa? Saya menggunakan tiket kereta khusus bernama Seishun 18 Kippu atau biasa dibaca Ju Hachi Kippu. Seishun merupakan Bahasa Jepang yang berarti anak muda, sementara Ju Hachi Kippu berarti tiket 18. Saya sendiri tidak mengerti makna di balik pemberian nama yang unik ini. Tapi berdasar analisis saya, sang pemberi nama mungkin ingin memberi semacam peringatan kepada pembeli tiket bahwa tiket ini ditujukan untuk anak-anak muda. Kenapa? Karena pemegang tiket ini harus memiliki tenaga kuda untuk bisa menikmatinya.

18 Kippu merupakan tiket kereta periodik seharga 11.500 Yen. Periodik karena dijual dan dapat digunakan hanya pada bulan-bulan tertentu. Info lengkap tentang 18 Kippu dan cara penggunaanya dapat dilihat di http://www.japan-guide.com/e/e2362.html. Intinya, dengan membayar sejumlah uang di atas, pembeli bisa mengantongi tiket kereta sebanyak 5 lembar tiket. Itu artinya, 1 lembar tiket 18 Kippu sebenernya hanya seharga 2.300 Yen. 5 Lembar tiket ini dapat digunakan untuk membayar penggunaan kereta selama 5 hari (tidak harus berturut-turut) oleh 1 orang atau 1 hari oleh 5 orang atau 2 hari oleh 2 orang. Intinya 1 lembar hanya bisa digunakan oleh 1 orang selama 1 hari.

Apa istimewanya? Dengan tiket ini, kamu tidak perlu membayar harga tiket normal. Sebagai contoh, harga tiket normal Fukuoka – Osaka dengan kereta lokal adalah 9.500 Yen. Sementara pada periode penggunaan 18 Kippu, jika kamu memiliki tiket ini, maka kamu hanya perlu menunjukkan 1 lembar tiket seharga 2.300 yen tersebut. Hemat 7.200 Yen! Dan jika kamu sudah memilih satu hari untuk menggunakannya, maka petugas akan memberi stempel penanda di atas tiketmu. Jadi, gunakanlah sebaik-baiknya (baca : jarak tempuh sejauh-jauhnya) agar bisa menghemat lebih banyak.

Kok enak betul? Secara harga, memang menggiurkan. Tapi seperti keterangan namanya yang saya tulis di atas, kamu perlu tenaga ekstra untuk bisa berhemat. 18 Kippu hanya bisa digunakan untuk kereta lokal, padahal Jepang memiliki banyak jenis kereta yang berbeda-beda tingkat kecepatannya. Kereta lokal adalah kereta kasta paling bawah di Jepang. Selain itu, 18 Kippu hanya meng-cover kereta lokal yang berada di bawah naungan JR atau Japan Railways. Padahal, Jepang memiliki beberapa perusahaan swasta yang melayani jalur kereta api.

Penampakan 18 Kippu dengan 5 stempel yang menandakan saya sudah menggunakan tiket ini selama 5 hari. Yak, 5 hari @12 jam saya habiskan di kereta. :)

Shinkansen vs 18 Kippu

Agar lebih jelas lagi, mari kita kita jejerkan Shinkansen yang mashyur itu dengan 18 Kippu.

Jika menggunakan Shinkansen, Fukuoka-Osaka dapat ditempuh hanya dalam waktu 2 hingga 3 jam saja. Tinggal duduk dan tunggu hingga kereta berhenti di tempat tujuan karena Shinkansen hanya berhenti di beberapa stasiun tertentu. Tapi, pengguna Shinkansen harus merogoh kocek sebesar 14.000 Yen.

Sedangkan dengan 18 Kippu, penumpang hanya perlu mengeluarkan 2.300 Yen. Tapii, jarak tempuhnya menjadi 12 jam dengan 6 hingga 7 kali ganti kereta. Kami berangkat dari Fukuoka dengan kereta pukul 05.47 dan baru sampai Osaka pukul 17.53. Ganti kereta juga memerlukan tenaga khusus karena tidak jarang kita harus menggotong koper menuju peron yang berbeda dengan waktu transfer yang hanya beberapa menit. Beberapa malah lebih sadis karena waktu transfer hanya berjarak 1 menit. Kereta juga berhenti di setiap stasiun karena jenisnya lokal. Untuk itu, pengguna 18 Kippu harus membawa beberapa jadwal dan rute kereta yang bisa didapatkan di http://www.hyperdia.com/ sebagai antisipasi jika salah atau terlambat naik kereta.

Contoh rute perjalanan Fukuoka (Kashii Station) - Osaka yang didapatkan secara mudah dan cuma-cuma di Hyperdia.com. *Kotak kecil kuning menandakan stasiun tempat kami harus ganti kereta.

Kami memilih untuk singgah di Osaka karena perjalanan Fukuoka – Tokyo dengan 18 Kippu memang tidak mungkin ditempuh dalam waktu sehari. Kereta lokal terakhir beroperasi hingga pukul 24.00 dan baru mulai lagi sekitar pukul 04.30 keesokan harinya. Artinya, kami memang harus berhenti di tengah antara Fukuoka dan Tokyo. Osaka menjadi tempat pilihan karena kota tersebut merupakan salah satu kota industri tersibuk di Jepang. Selain itu, Osaka juga memiliki beberapa kastil indah dan Universal Studio! Dari Osaka, kami juga dengan mudah bisa mengakses Kyoto, ibukota Jepang sebelum Tokyo. Kyoto merupakan kota eksotis dengan deretan kastil dan kuil yang luar biasa cantik.

Melelahkan? Memang. Tapi bukankah hukum rimba memang begitu? Ada uang ada barang. Mau tiket kereta murah, berarti kita harus siap dengan risiko pegal bahu, punggung, dan remuk sekujur tubuh. Kamu juga harus tebal muka untuk bertanya pada masinis, petugas kereta, atau penumpang sekitar jika tidak yakin dengan kereta selanjutnya yang harus ditumpangi. Maklum, Jepang ini agak sadis karena kebanyakan kereta dan tempat tujuan lokal ditulis dalam Kanji.

Tapi percayalah, puluhan jam yang kamu habiskan di dan mengejar kereta akan terbayar dengan kelegaan berhasil menaklukkan dan berpetualang di Jepang dengan tiket murah. Belum lagi, kamu bisa melihat banyak potret Jepang yang melalui berbagai macam orang yang kamu temui atau tanyai di kereta. Toh, kita kan masih muda.

Ps. 1 Yen = 100 Rupiah
Pss. Tulisan ini didedikasikan untuk menteri perhubungan Jepang.
Transportasi di sini sangat mudah dimengerti dan sangat amat luar biasa tepat waktu! Bahkan wisatawan gaptek dan buta huruf seperti kami berhasil tiba dengan selamat sampai tempat tujuan dan kembali ke rumah lagi.

Hasil dari "kejamnya" 18 Kippu. Kaki lecet, sepatu mangap, dan koper robek akibat terlalu sering digeret. :)

Komentar

  1. emaaak... kayaknya aku turut berkontribusi merobekkan kopermuu... hiks... maaf ya mak... :(
    btw, itu kok baunya sendal jepit dan sepatu jebol sampe sini ya mak? sniff.. sniff...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

A Journey to be a Star (Danone Management Trainee Recruitment Phase)

My Chevening Journey

Perpisahan Kelas Bahasa Jepang